Tuesday, August 19, 2025

Artikel

Artikel PublikArtikel

Dilema Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Menyeimbangkan Inovasi dan Standarisasi, Kecepatan dan Kepuasan, Efisiensi dan Kenyamanan, Pengawasan dan Kepercayaan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di Indonesia saat ini berhadapan dengan sebuah medan pertempuran manajemen yang kompleks, penuh dengan dilema yang harus diurai setiap hari. Ini bukan hanya tentang menghadapi tantangan eksternal seperti regulasi atau persaingan, tetapi juga pergolakan internal dalam upaya mencapai efisiensi dan kualitas. Artikel ini membahas empat dilema utama yang seringkali membuat para pengambil keputusan di Fasyankes harus berpikir keras, yaitu dilema antara inovasi dan standarisasi, antarakecepatan dan kepuasan, antara efisiensi dan kenyamanan, serta antara pengawasan dan kepercayaan. Fasyankes Indonesia harus menemukan keseimbangan yang bijak. Dengan mengintegrasikan semangat perbaikan berkelanjutan dari Kaizen dan prinsip eliminasi pemborosan dari Lean, Fasyankes dapat beradaptasi dengan lincah terhadap perubahan eksternal dan internal. Ini akan memungkinkan mereka untuk tidak hanya meningkatkan kapasitas dan efisiensi operasional, tetapi juga membangun kembali kepercayaan pasien dan menciptakan lingkungan kerja yang memberdayakan, memastikan bahwa setiap interaksi adalah langkah menuju pelayanan kesehatan yang lebih unggul, berkelanjutan, dan benar-benar berpusat pada kesejahteraan setiap individu yang terlibat. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Dari Kepuasan Pelanggan dan Profit Menuju Keberlangsungan Kehidupan dan Planet: Mengintegrasikan ESG dan Triple P ke dalam Kerangka Balance Scorecard (BSC)

Tuntutan pasar dan gejolak sosial-lingkungan global, telah mendorong redefinisi secara fundamental paradigma tentang kesuksesan perusahaan. Selama beberapa dekade, Balance Scorecard (BSC) telah menjadi mercusuar bagi perusahaan untuk menyeimbangkan metrik-metrik antar empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pendekatan BSC yang diimplementasikan dengan tepat telah mampu menyelaraskan strategi dan mengukur kinerja multidimensional. Namun, apakah kerangka kerja ini masih cukup memadai untuk menjawab kompleksitas tantangan seiring dengan meningkatnya urgensi perubahan iklim, melebarnya kesenjangan sosial, dan tuntutan yang tak terbendung terhadap akuntabilitas korporasi. Kerangka BSC tidak lagi berdiri sendiri menjadi paripurna. Kini saatnya beranjak dari sekadar “bagaimana kita bisa mendapatkan keuntungan?” atau “bagaimana kita memuaskan pelanggan?” menuju “bagaimana kita bisa menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi bisnis, planet, dan masyarakat?”. Ini adalah era di mana Environmental, Social, and Governance (ESG) dan Triple P (People, Planet, Profit) harus menjadi kompas utama. Saatnya membuka diri untuk adaptasi dan reorientasi kepada aspek yang lebih luas dan vital. Artikel ini mengulas ringkas tentang ESG dan Triple P, membahas keterbatasan BSC dan mengapa perlu dilakukan ekspansi BSC dengan mengintegrasikan ESG dan Triple P ke dalam kerangka BSC untuk memperkaya dan memperluas jangkauan strategi. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

JIDOKA di Era Transformasi Digital, Otomatisasi, dan AI: Fondasi Kolaborasi Manusia-Teknologi yang Berkelanjutan

Jidoka, sebuah prinsip yang berakar kuat dalam lean, telah menemukan relevansi yang diperbarui dan diperkuat di era transformasi digital. Ini bukan hanya tentang mengotomatisasi, tetapi tentang membangun sistem yang cerdas, adaptif, dan berorientasi pada kualitas, di mana manusia dan teknologi berkolaborasi secara sinergis. Dengan memungkinkan deteksi dini abnormalitas, penghentian proses otomatis, dan fokus pada analisis akar masalah, Jidoka memberdayakan manusia untuk menjadi pemecah masalah tingkat tinggi dan mendorong perbaikan berkelanjutan (kaizen) yang didukung oleh data dan AI.
Artikel ini membahas bagimana Jidoka di era digital dapat menciptakan ekosistem operasional yang tidak hanya efisien dan produktif, tetapi juga tangguh terhadap kesalahan, aman bagi pekerja, mampu menghasilkan kualitas, dan memberikan asupan data untuk perbaikan berkelanjutan dan sebagai ladang untuk menggali gagasan inovasi. Ini adalah visi tentang masa depan industri di mana teknologi melayani manusia untuk mencapai keunggulan operasional yang berkelanjutan.
(Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Tak Seorang Pun Ingin Berlama-lama di Rumah Sakit: Mengapa dan Bagaimana Kaizen dan Lean Meningkatkan Nilai Pelayanan Kesehatan

Di tengah pusaran dinamika regulasi, ketatnya akreditasi, kompleksitas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta gelombang transformasi digital dan ekspektasi masyarakat yang makin tinggi. Tak seorang pun ingin berlama-lama di rumah sakit, baik pasien yang ingin cepat pulih, pengantar yang menanti dengan cemas, maupun karyawan yang mendambakan efisiensi agar punya waktu pengembangan diri. Begitu pula pihak penjamin pasien atau pembayar juga menginginkan kejelasan biaya dan efisiensi agar dana yang dikeluarkan benar-benar tepat sasaran. Artikel ini membahas alasan mengapa dan bagaimana Kaizen dan Lean dapat diterapkan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka meningkatkan nilai pelayanan kesehatan. Mewujudkan hal-hal yang menjadi harapan para pihak sebagai alasan mengapa implementasi prinsip kaizen dan lean diterapkan, tentang harapan implisit para pasien, keluarga pasien, penjamin/pembayar, dan karyawan rumah sakit yang dihadapkan pada tantangan permasalahan di rumah sakit. Bagaimana filosofi budaya kaizen dan manajemen lean hadir sebagai salah satu kompas dalam pengelolaan operasional fasyankes, baik rumah sakit, klinik, puskesmas, laboratorium, maupun apotek. Kaizen dan Lean yang menawarkan pendekatan sistematis untuk mengurai benang kusut pemborosan dan ketidaknyamanan, bukan hanya demi keuntungan semata, melainkan untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang efisien terarah, efektif terukur, aman bagi pasien, mengedepankan nilai pelanggan, menjaga keselamatan kerja karyawan, serta menjamin kelangsungan dan pertumbuhan fasyankes di masa depan yang serba cepat. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Paradoks Profitabilitas: Ketika Angka Keuntungan Menjadi Jebakan Bias Kinerja

Profit, profit, dan profit. Kosakata yang seringkali identik sebagai simbol kejayaan perusahaan, bahkan dijadikan ukuran utama yang sahih untuk menilai kesuksesan manajemen dan daya saing usaha. Namun perlu diingat bahwa di balik gemerlap laporan laba, tersembunyi beragam makna, termasuk kemungkinan jebakan kognitif keputusan strategis. Fokus berlebihan pada upaya menghasilkan profit atau perayaan keberhasilan karena silaunya profitabilitas yang telah dicapai, dapat menjadi jebakan bias kinerja yang menghambat pertumbuhan jangka panjang. Jebakan dalam pengejaran profitabilitas yang membabi buta, dapat menjadikan lupa terhadap esensi sejati dari sebuah bisnis, yaitu menciptakan nilai (value). Artikel ini akan mengulas bagaimana profitabilitas, meskipun penting, dapat menimbulkan bias yang merugikan dan mengurai pemahaman kritis mengapa organisasi perlu melihat lebih dalam dan lebih jauh melampaui ukuran angka profit yang disajikan, serta menyadari bahwa tidak semua profit adalah pertanda sehat, dan tidak setiap profit adalah pertanda berhasil. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Unit Cost, Tarif Rumah Sakit, dan Klaim INA-CBG: Potensi Kesalah-pemahaman Sebagai Sumber Bias (Myopia) Posisi Untung-Rugi dan Likuiditas Rumah Sakit

Ketidaktepatan pemahaman terhadap konsep unit cost, tarif rumah sakit, dan mekanisme klaim INA-CBG sering kali menyebabkan bias dalam menilai kinerja keuangan rumah sakit. Kesalahan ini menciptakan ilusi untung-rugi yang tidak akurat dan berujung pada keputusan strategis yang keliru, terutama terkait likuiditas dan keberlanjutan pelayanan. Lebih parah lagi bila ilusi untung-rugi sengaja diciptakan untuk mengklamufase kinerja keuangan agar tampak baik, ini akan menjadi kanker tingkat akut bagi keberlangsungan rumah sakit. Artikel ini membahas konsep dasar dan relasi antar ketiga komponen tersebut, menjelaskan sumber miskonsepsi atau kesalah-pemahaman yang mengakibatkan bias, dampak myopia keuangan yang ditimbulkan, serta strategi korektif melalui pendekatan rasional dan berbasis data. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Menikmati Hak untuk Memuaskan Kesenangan: Tetap Bijak, Cerdas, dan Bermanfaat

Menikmati kesenangan adalah hak dan tidak ada yang melarang asalkan tetap dalam batas legal, tidak bertentangan dengan norma, dan tidak menimbulkan gesekan sosial. Saat ada hak setiap individu, pada ruang dan waktu yang sama terdapat hak individu lain yang juga, mesti tak kasat dan tak terucap. Menikmati kesenangan juga boleh sepuasnya, namun kepuasan tersebut harus bijak, cerdas, bermanfaat, dan yang terpenting tetap dalam koridor nilai-nilai kesederhanaan dan hemat. Pada setiap  hak memiliki sisi lain berupa kewajiban yang tidak hanya diingat, namun harus dituntaskan. Pengendalian diri dan penataan prioritas menjadi kunci penting agar hak untuk menikmati kesenangan menghasilkan kenyamanan dan kebermanfaatan hidup. Artikel ini membahas mengenai bagaimana kesenangan dapat dinikmati dengan cara yang bijak, cerdas, dan tetap bermanfaat, tanpa terjebak dalam gaya hidup yang berlebihan atau konsumtif. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Menghadapi Ancaman Artificial Intelligence dan Otomatisasi Robotika: Transformasi Pendidikan dan Pelatihan Mencetak Pencipta dan Pengendali Teknologi

Artificial Intelligence (AI) dan otomatisasi robotika semakin menggeser peran manusia di berbagai sektor pekerjaan. Banyak pekerja menghadapi ancaman kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh teknologi yang lebih efisien dan produktif. Di tengah perubahan ini, pendidikan dan pelatihan memegang peran penting sebagai pembentuk dan pengembang kemampuan, ketrampilan, dan kompetensi sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan harus bertransformasi, tidak hanya fokus menghasilkan tenaga kerja operasional, tetapi juga mencetak inovator, perancang, dan pencipta teknologi. Pendidikan dan pelatihan harus membekali peserta didik dan pelatihan dengan kemampuan untuk menciptakan dan mengendalikan teknologi AI dan robotika, bukan sekadar menjadi pengguna teknologi. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Sebuah Pilihan Pahit: Alasan, Konsekuensi, dan Perspektif dari Berbagai Aspek

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu fenomena kompleks dalam dunia ketenagakerjaan yang seringkali diasosiasikan dengan krisis atau kegagalan bisnis. Namun, PHK tidak selalu terjadi karena kebangkrutan atau ketidakmampuan finansial. Dalam beberapa kasus, PHK adalah keputusan strategis perusahaan untuk memastikan keberlanjutan bisnis di tengah perubahan lingkungan, kebutuhan efisiensi, atau perkembangan teknologi. Artikel ini akan menguraikan alasan dan konsekuensi PHK dari perspektif bisnis, hukum, dan sosial, sekaligus membahas bagaimana PHK dapat menjadi bagian dari restrukturisasi operasional dan transformasi organisasi, dengan berbagai dampak risiko yang menanti, seperti risiko kehilangan talenta baik dan erosi reputasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu pertimbangan yang komprehensif untuk meramu solusi yang seimbang antara efisiensi bisnis dan tanggung jawab sosial, supaya mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar yang terus berubah. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
Artikel PublikArtikel

Sederhana dan Hemat: Makna Keseimbangan, Kontrol Diri, dan Kebermanfaatan

Konsep hidup sederhana dan hemat sering kali dipahami secara keliru. Atau sengaja dipelesetkan untuk kepentingan makna tertentu sehingga mengaburkan esensi sebenarnya. Memaknai kesederhanaan kerap terpeleset pada makna kemiskinan atau keinginan untuk memiskinkan diri, sedangkan memaknai hemat kerap terpeleset pada anggapan sebagai suatu bentuk kepelitan yang menyiksa diri. Sebenarnya kedua konsep ini justru berkaitan erat dengan pengendalian diri, pengukuran kemampuan, serta perencanaan hidup yang cermat. Artikel ini akan menguraikan bagaimana sederhana dan hemat bukanlah simbol kekurangan, melainkan cara hidup yang lebih terukur dan cerdas, yang berlandaskan pada prinsip kebermanfaatan dan keseimbangan. Melalui argumen-argumen yang rasional, kita akan membahas pentingnya kesederhanaan dan hemat dalam menata prioritas hidup, menolak foya-foya, serta mencapai kebahagiaan sejati dengan pilihan-pilihan yang bijak dan bermanfaat. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Read More
error: Content is protected !!