Sunday, May 18, 2025
Artikel PublikArtikel

Gig Economy: Fenomena Kerja Modern dan Dampaknya pada Struktur Ekonomi

Dalam dekade terakhir, fenomena gig economy telah menjadi salah satu perkembangan paling signifikan dalam dunia kerja global. Gig economy mengacu pada sistem ekonomi di mana pekerjaan dilakukan secara sementara atau jangka pendek, biasanya melalui platform digital yang mempertemukan pekerja lepas (freelancer) dengan penyedia jasa. Istilah “gig” sendiri berasal dari dunia musik, di mana para musisi sering tampil dalam konser-konser satu kali atau proyek sementara. Dalam konteks modern, gig merujuk pada tugas-tugas atau proyek sementara di berbagai sektor, mulai dari transportasi, desain grafis, hingga pengembangan perangkat lunak. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan secara mendalam konsep gig economy, faktor pendorong pertumbuhannya, manfaat serta tantangannya, serta dampaknya terhadap ekonomi dan struktur pasar tenaga kerja. (Widiyas Hidhayanto, 2025)

Karakteristik Pekerja dalam Gig Economy

Gig economy berbeda dengan pekerjaan tradisional di mana para pekerja memiliki kontrak jangka panjang dan stabilitas pekerjaan. Di dalam gig economy, para pekerja umumnya beroperasi sebagai kontraktor independen, tidak terikat pada satu perusahaan secara permanen, dan seringkali menawarkan jasa melalui platform digital seperti Gojek, Grab, Sribu.com, Freelancer.co.id, Projects.co.id, dan banyak lainnya. Karakteristik dari gig economy dapat ditinjau diantara lain dari aspek fleksibilitas, diversitas tugas, peran platform digital, basis kontrak, dan skalabilitas

  • Fleksibilitas. Pekerja memiliki kontrol lebih besar terhadap waktu dan jumlah pekerjaan yang mereka ambil.
  • Diversitas Tugas. Pekerja dapat menjalankan berbagai tugas yang berbeda, baik secara simultan maupun bergantian.
  • Peran Platform Digital. Platform seperti aplikasi atau situs web menjadi perantara antara pekerja dan pengguna layanan.
  • Basis Kontrak. Tidak ada jaminan pekerjaan jangka panjang; pekerja biasanya dipekerjakan untuk kontrak berbasis proyek atau tugas spesifik.
  • Skalabilitas Global. Gig economy melampaui batasan geografis, memungkinkan pekerja dan penyedia jasa dari berbagai negara berinteraksi secara langsung.

Faktor Pendorong Pertumbuhan Gig Economy

Muncul dan bertumbuhkan gig economy ini didorong oleh beberapa faktor antara lain: perkembangan teknologi, perubahan preferensi kerja, ekonomi berbasis permintaan, krisis ekonomi dan pengangguran.

  • Perkembangan Teknologi. Kemajuan teknologi, terutama internet dan perangkat mobile, memungkinkan orang untuk terhubung dan bekerja dari mana saja. Platform digital menjadi jembatan antara pekerja dan perusahaan yang membutuhkan tenaga mereka.
  • Perubahan Preferensi Kerja. Banyak pekerja, terutama generasi milenial dan Gen Z, lebih menyukai fleksibilitas dalam pekerjaan daripada kestabilan dan rutinitas pekerjaan tradisional. Mereka lebih tertarik pada proyek jangka pendek yang memungkinkan pengembangan keterampilan di berbagai bidang.
  • Ekonomi Berbasis Permintaan. Bisnis semakin mencari cara untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Dengan merekrut pekerja lepas, perusahaan dapat menghemat biaya tunjangan dan administratif yang terkait dengan karyawan tetap.
  • Krisis Ekonomi dan Pengangguran. Beberapa pekerja masuk ke dalam gig economy sebagai solusi sementara ketika mereka kehilangan pekerjaan permanen atau menghadapi tantangan di pasar kerja tradisional.

Manfaat Gig Economy

Pola pekerja dalam gig economy dapat menghadirkan beberapa manfaat, antara lain : fleksibilitas bagi pekerja, akses ke peluang global, dan peningkatan inovasi.

  • Fleksibilitas bagi Pekerja. Pekerja dapat memilih kapan, di mana, dan bagaimana mereka bekerja. Ini memberikan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan pribadi dan profesional, terutama bagi mereka yang memiliki tanggung jawab keluarga.
  • Akses ke Peluang Global. Dengan adanya platform digital, pekerja dapat mengakses peluang kerja dari seluruh dunia, memperluas cakupan dan jangkauan karier mereka.
  • Peningkatan Inovasi. Bisnis yang menggunakan pekerja lepas dapat mengakses keahlian spesifik yang mereka butuhkan untuk proyek tertentu tanpa harus merekrut staf penuh waktu, yang bisa meningkatkan efisiensi dan inovasi dalam operasional mereka.

Tantangan Gig Economy

Meskipun menghadirkan beberapa manfaat, gig economy juga memiliki tantangan besar, baik bagi pekerja maupun bisnis. Bahkan bila perkembangan masif, akan menjadi tantangan bagi pemerintah untuk melakukan penataan kembali regulasi.

  • Kurangnya Keamanan Kerja. Karena sifat pekerjaannya yang sementara, pekerja di gig economy tidak memiliki jaminan pekerjaan jangka panjang. Mereka juga tidak mendapatkan tunjangan seperti asuransi kesehatan, pensiun, atau cuti berbayar yang biasanya tersedia bagi karyawan tetap.
  • Eksploitasi dan Upah Rendah. Beberapa platform gig memberlakukan tarif yang rendah dan kompetisi ketat antar pekerja, yang seringkali menurunkan standar upah. Pekerja sering kali bekerja dalam kondisi yang tidak terlindungi oleh regulasi ketenagakerjaan.
  • Kesenjangan Sosial. Ketidaksetaraan di gig economy sangat mungkin terjadi karena akses ke teknologi, konektivitas internet, dan literasi digital masih tidak merata di seluruh dunia.
  • Isu Pajak dan Regulasi. Dalam banyak kasus, pekerja gig dianggap sebagai pekerja lepas atau kontraktor independen, yang sering kali berarti mereka harus membayar pajak sendiri atau dipotong harai honor yang diperolehnya dan tidak mendapat tunjangan atau manfaat seperti yang dimiliki oleh karyawan reguler.

Dampak pada Struktur Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja

Pertumbuhan gig economy mempengaruhi struktur pasar tenaga kerja antara lain berpotensi terjadinya erosi pekerjaan tetap, perubahan struktur ketenagakerjaan, dan perubahan regulasi.

  • Erosi Pekerjaan Tetap berpotensi terjadi bila semakin banyak perusahaan yang lebih memilih pekerja lepas daripada karyawan tetap untuk mengurangi biaya operasional. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah pekerjaan tetap di berbagai sektor, terutama di bidang jasa dan teknologi.
  • Struktur Ketenagakerjaan juga dapat mengalami perubahan, dimana pekerja lepas kini harus mengelola karier mereka sendiri, termasuk aspek keuangan, asuransi, dan pensiun. Ini menuntut pekerja untuk memiliki keterampilan manajemen pribadi yang lebih besar dibandingkan karyawan konvensional. Tidak menutup kemungkinan.
  • Regulasi Ketenagakerjaan juga perlu diatur kembali, seperti yang dilakukan pemerintah di banyak negara yang memperbarui undang-undang ketenagakerjaan terutama kebijakan mengenai perlindungan pekerja, pajak, dan jaminan sosial bagi pekerja lepas/individu.

 

Kesimpulan

Gig economy adalah fenomena yang tidak bisa dihindari dalam era digital ini, membawa perubahan signifikan dalam cara kita bekerja dan berinteraksi dengan ekonomi. Sementara gig economy menawarkan fleksibilitas dan peluang besar bagi pekerja, ia juga menghadirkan tantangan serius terkait keamanan kerja, regulasi, dan kesenjangan sosial. Agar gig economy berkelanjutan, penting bagi pemerintah, platform digital, dan pekerja untuk bersama-sama mencari solusi yang dapat menyeimbangkan manfaat dan tantangan yang ada. Kebijakan ketenagakerjaan yang adaptif, perlindungan sosial yang memadai, serta pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan era digital dapat membantu memaksimalkan potensi gig economy sambil melindungi kesejahteraan pekerja.

 

Widiyas Hidhayanto
widiyas_hid@yahoo.com
Principal Consultant WIDINA management
Strategy, Costing, Finance, Accounting, Operation, Kaizen-Lean, Marketing, Information System


NEXT EVENTS

Leave a Reply

error: Content is protected !!