Teknologi informasi (TI) sebagai Sistem Inti, Sistem Strategis, atau Sistem Pendukung
Teknologi informasi (TI) seringkali hanya dipandang sebagai sistem pendukung (support system) dalam bisnis atau perusahaan karena perannya yang umumnya berfokus pada mendukung operasional sehari-hari, efisiensi proses, serta pengelolaan data. Hal ini membuat TI lebih dikenal sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat komunikasi internal daripada menjadi elemen utama yang mempengaruhi strategi bisnis atau menciptakan keunggulan kompetitif. Artikel ini membahas mengenai penerapan teknologi informasi sebagai sistem inti, sistem strategis, atau sistem pendukung dalam perusahaan atau bisnis dengan melihat perbedaan pada berbagai sektor usaha, ciri perusahaan, budaya organisasi, proses bisnis, dan kemampuan menghadapi persaingan dan turbulensi lingkingan dan jaman. (Widiyas Hidhayanto, 2025)
- Workshop Online, Jumat-Sabtu, 25-26 April 2025
- Workshop Online, Jumat-Sabtu, 9-10 Mei 2025
- Workshop Tatap Muka, Kamis-Sabtu, 22-24 Mei 2025
Penyelarasan Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Informasi (TI)
TI akan menjadi elemen strategis bila perusahaan melakukan penyelarasan antara strategi bisnis dan strategi TI, serta memahami peran TI dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Tanpa pemahaman ini, TI hanya akan diperlakukan sebagai alat bantu, bukan sebagai kekuatan transformasional dalam mencapai visi dan misi perusahaan.
TI hanya akan menjadi sistem pendukung ketika fungsinya terbatas pada automation dan pengolahan data, sehingga sering diabaikan dalam penyusunan strategi bisnis. Kondisi ini seringkali terjadi ketika manajemen tidak memahami potensi TI untuk mendorong inovasi atau transformasi dalam model bisnis. Selain itu, perusahaan yang kurang adaptif terhadap perubahan teknologi cenderung menganggap investasi dalam TI sebagai biaya tambahan, bukan investasi strategis.
Namun, TI dapat dilihat sebagai sistem inti atau strategis ketika teknologi tersebut menjadi pusat inovasi atau penentu arah bisnis. Sebagai contoh, perusahaan yang mengandalkan platform digital, analisis data, atau teknologi kecerdasan buatan dapat menggunakan TI sebagai faktor pembeda yang meningkatkan daya saing mereka. Dalam kasus ini, TI bukan hanya mendukung operasi, tetapi mengarahkan strategi bisnis dengan memfasilitasi model bisnis baru atau meningkatkan pengalaman pelanggan.
Meski demikian, perlu diingat bahwa terdapat beberapa risiko jika TI dijadikan sebagai sistem inti atau strategis. Pertama, perusahaan akan sangat bergantung pada teknologi tersebut, sehingga kegagalan sistem atau serangan siber bisa berdampak besar pada operasional bisnis. Kedua, adanya investasi yang signifikan dalam teknologi bisa menjadi beban finansial jika tidak dikelola dengan baik. Ketiga, orientasi berlebihan pada teknologi dapat mengabaikan aspek-aspek non-teknis, seperti kebutuhan sumber daya manusia dan hubungan pelanggan yang lebih personal.
Teknologi Informasi sebagai Sistem Inti
Teknologi Informasi (TI) berperan sebagai sistem inti pada perusahaan yang berbasis teknologi seperti perusahaan perangkat lunak, platform digital (e.g., e-commerce), perusahaan fintech, dan layanan berbasis cloud. Ciri perusahaan yang menjadikan TI sebagai sistem inti biasanya memiliki fokus besar pada inovasi teknologi.
Budaya organisasi pada perusahaan yang menjadikan TI sebagai sistem inti akan tampak cenderung fleksibel, berbasis inovasi, dan adaptif terhadap perubahan teknologi. Mereka sering memiliki tim pengembang internal yang kuat dan berinvestasi besar dalam R&D yang berfokus pada penciptaan produk atau layanan digital. Misalnya, e-commerce seperti Amazon atau perusahaan fintech seperti GoTo (Gojek dan Tokopedia) di Indonesia, dimana TI adalah dasar seluruh operasional bisnis. Pengambilan keputusan sangat bergantung pada analisis data real-time, teknologi cloud, atau teknologi AI yang digunakan.
Perusahaaan yang menerapkan ini pada umumnya memiliki kemampuan yang sangat kuat dalam menghadapi turbulensi lingkungan karena kemampuan adaptasi teknologi yang tinggi. Perusahaan ini mampu mengubah model bisnis secara cepat untuk mengikuti tren teknologi baru. Namun perlu dipertimbangkan juga bahwa ada berbagai potensi risiko yang dihadapi, seperti investasi besar dalam teknologi yang mungkin tidak selalu memberikan hasil langsung, risiko serangan siber, dan kehilangan relevansi jika gagal berinovasi.
Keunggulan yang didapat dari penerapan ini adalah perusahaan akan memiliki kemampuan untuk menciptakan layanan inovatif yang memimpin pasar, adaptasi cepat, dan efisiensi tinggi dalam operasional. Sedangkan kelemahannya adalah terjadinya ketergantungan tinggi pada TI, risiko besar pada keamanan data, serta potensi kegagalan teknologi yang dapat mengganggu seluruh operasional.
- Workshop Online, Jumat-Sabtu, 25-26 April 2025
- Workshop Online, Jumat-Sabtu, 9-10 Mei 2025
- Workshop Tatap Muka, Kamis-Sabtu, 22-24 Mei 2025
Teknologi Informasi sebagai Sistem Strategis
Teknologi Informasi (TI) dapat berperan sebagai sistem strategis pada perusahaan ritel besar, perusahaan manufaktur, perusahaan logistik, dan perusahaan kesehatan yang menggunakan TI untuk mendukung strategi bisnis utama. Ciri perusahaan yang menjadikan TI sebagai sistem strategis adalah bilamana TI digunakan untuk meningkatkan daya saing melalui optimalisasi proses dan pengalaman pelanggan.
Budaya organisasi perusahaan seperti ini cenderung fokus pada efisiensi operasional dan optimalisasi proses. Contohnya, perusahaan ritel seperti Walmart menggunakan analisis data untuk pengelolaan inventaris yang lebih baik, sementara perusahaan otomotif seperti Tesla menggunakan teknologi AI dan big data untuk meningkatkan produk dan layanan. Dalam proses bisnis perusahaan ini, TI berfungsi untuk memfasilitasi keputusan strategis, seperti pemantauan rantai pasokan atau analisis perilaku konsumen. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merespons permintaan pasar dengan lebih cepat dan efisien.
Perusahaaan yang menerapkan ini pada umumnya mampu meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya operasional, sehingga memungkinkan daya saing yang tinggi dalam hal harga dan layanan. Perusahaan juga lebih siap menghadapi perubahan pasar karena memiliki data yang mendalam. Namun perlu diingat bahwa terdapat potensi risiko “over-reliance” pada data yang lebih dominan dibanding faktor manusia. Misalnya bila terjadi kesalahan dalam analisis data yang dihasilkan olesh TI sebagai sistem strategis, dapat menyebabkan pengambilan keputusan strategis salah, dan ketergantungan pada teknologi seperti dapat menurunkan fleksibilitas, kecerdasan, dan unsur kebijaksanaan manusia dalam pengambilan keputusan.
Keunggulan yang didapat dari penerapan ini adalah efisiensi biaya, kemampuan membuat keputusan berdasarkan data, dan peningkatan pengalaman pelanggan. Sedangkan kelemahannya adalah jika teknologi gagal diimplementasikan dengan baik, bisa terjadi ketidakseimbangan antara strategi bisnis dan operasional sehari-hari.
Teknologi Informasi sebagai Sistem Pendukung
Teknologi Informasi (TI) dapat berperan sebagai sistem pendukung pada sektor tradisional seperti manufaktur konvensional, konstruksi, atau perusahaan jasa kecil dan menengah yang tidak sepenuhnya mengandalkan TI. Ciri perusahaan yang menjadikan TI sebagai sistem pendukung adalah bilamana TI hanya digunakan untuk mendukung operasi dasar seperti akuntansi, komunikasi internal, dan pengelolaan data karyawan.
Budaya organisasi pada perusahaan yang menjadikan TI sebagai sistem pendukung cenderung lebih tradisional, dengan struktur yang kaku dan penekanan pada proses manual. Proses bisnis mereka lebih fokus pada efisiensi operasional dasar dan pengelolaan administratif. Teknologi tidak memainkan peran besar dalam pembuatan keputusan strategis.
Perusahaan yang menerapkan TI sebagai sistem pendukung berpotensi memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menghadapi perubahan cepat di lingkungan karena kurangnya dukungan teknologi untuk inovasi. Bisnis perusahaan ini cenderung lebih rentan terhadap perubahan teknologi dan tren pasar. Potensi risiko yang dihadapi misalnya ketidakmampuan untuk merespons perubahan teknologi yang cepat, terutama dalam era digitalisasi, serta kesulitan dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan daya saing.
Keunggulan yang didapat dari penerapan ini adalah investasi teknologi lebih rendah, proses bisnis yang sederhana, dan risiko kerugian akibat kegagalan teknologi yang lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah kurangnya fleksibilitas, ketidakmampuan bersaing dengan perusahaan yang lebih terintegrasi secara teknologi, dan potensi untuk tertinggal dari inovasi pasar.
Kesimpulan
Memandang teknologi sebagai sistem inti atau strategis memberikan keunggulan kompetitif, fleksibilitas, dan potensi untuk mendominasi pasar yang terus berkembang. Namun, hal ini datang dengan risiko investasi yang besar, ketergantungan tinggi pada teknologi, dan ancaman keamanan. Sebaliknya, memandang TI hanya sebagai pendukung menawarkan stabilitas dan biaya yang lebih rendah tetapi membatasi potensi pertumbuhan dan inovasi. Pemilihan pendekatan ini harus sesuai dengan karakteristik bisnis, budaya perusahaan, serta kapasitas dalam menghadapi perubahan dan persaingan di era digital yang dinamis.
Â
Widiyas Hidhayanto
widiyas_hid@yahoo.com
Principal Consultant WIDINA management
Strategy, Costing, Finance, Accounting, Operation, Kaizen-Lean, Marketing, Information System
NEXT EVENTS