Potensi Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan Aset Tetap Rumah Sakit di Indonesia dalam Konteks Program JKN dan Sistem Pembayaran Casemix
Rumah sakit di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan aset tetap, terutama yang mayoritas proposi pasien dan pasarnya adalah pasien dengan pembiayan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Saat ini telah 98% masyarakat ikutserta dalam program JKN melalui BPJS Kesehatan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar pasar pelayanan kesehatan kini berasal dari masyarakat yang menggunakan program JKN, sehingga meningkatkan kemudahan akses layanan kesehatan dan meningkatkan volume kunjungan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, pola pembayaran oleh BPJS Kesehatan menggunakan sistem paket casemix atau INA-CBG’s (Indonesian Case Base Groups) menghadirkan tantangan tersendiri bagi rumah sakit. Sistem casemix merupakan metode pembayaran paket yang mengelompokkan penyakit berdasarkan diagnosis dan prosedur yang dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk mengendalikan biaya kesehatan dan meningkatkan efisiensi. Namun, dengan peningkatan volume pasien dan pola pembayaran paket per episode kasus, rumah sakit harus melakukan perencanaan aset tetap dengan sangat hati-hati. Kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait aset dapat menyebabkan inefisiensi, pengeluaran yang tidak perlu, dan ketidakmampuan untuk menjaga keberlanjutan operasional dalam jangka panjang. Artikel ini akan mengulas potensi kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait aset tetap pada rumah sakit di Indonesia dalam kondisi tersebut dan bagaimana manajemen risiko dapat diterapkan untuk meminimalkan dampak negatifnya. (Widiyas Hidhayanto, 2024)
Potensi Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan Aset Tetap di Rumah Sakit
- Aspek Teknis
Potensi kesalahan pada aspek teknis yang sering terjadi adalah kesalahan spesifikasi alat medis dan teknologi yang tidak terpakai secara maksimal. Pembelian alat medis dengan spesifikasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan klinis rumah sakit dapat mengakibatkan inefisiensi dalam pelayanan. Sebagai contoh, rumah sakit mungkin membeli peralatan diagnostik canggih yang tidak sesuai dengan volume pasien atau kebutuhan klinis setempat, sehingga penggunaannya rendah dan biaya perawatan menjadi tidak sebanding dengan manfaatnya. Selain itu, Investasi pada teknologi kesehatan yang terlalu canggih namun tidak digunakan secara optimal oleh tenaga medis dapat menyebabkan pemborosan anggaran. Di sisi lain, teknologi yang terlalu sederhana mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan klinis yang terus berkembang seiring peningkatan volume pasien JKN.
- Aspek Teknologi
Potensi kesalahan pada asepek teknologi yang sering terjadi adalah obsolescence (Kadaluwarsa teknologi) dan sistem informasi yang tidak terintegrasi. Dengan perkembangan teknologi medis yang pesat, keputusan yang tidak memperhitungkan potensi kadaluwarsaan teknologi dapat menyebabkan kerugian finansial. Misalnya, perangkat imaging atau software manajemen rumah sakit yang sudah tidak relevan dalam beberapa tahun ke depan dapat membebani biaya perbaikan atau pembaruan yang mahal. Banyak rumah sakit masih menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) dengan sistem BPJS Kesehatan dan Satu Sehat. Ketidakmampuan untuk mengintegrasikan data medis, billing, dan pelaporan dapat menghambat efektivitas operasional dan pembayaran klaim.
- Aspek Operasionalisasi
Potensi kesalahan pada aspek operasional yang mungkin menonjol adalah peningkatan volume pasien tanpa kapasitas operasional yang memadai dan kurangnya pelatihan dan adaptasi terhadap teknologi baru. Rumah sakit seringkali menghadapi tantangan dalam menangani peningkatan volume pasien JKN tanpa diimbangi oleh kapasitas fasilitas yang memadai. Kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait investasi aset, seperti penambahan ruang rawat inap atau unit gawat darurat, dapat mengakibatkan overcrowding dan penurunan kualitas layanan. Pembelian peralatan medis canggih tanpa disertai pelatihan yang memadai untuk staf operasional dapat menyebabkan penurunan efektivitas penggunaan alat. Hal ini tidak hanya merugikan dari sisi operasional tetapi juga berpotensi memperlambat proses perawatan pasien.
- Aspek Pemeliharaan (Maintenance)
Potensi kesalahan pada aspek pemeliharaan yang sering terjadi adalah pemeliharaan yang tidak terjadwal dan biaya pemeliharaan yang tak terduga. Aset medis seperti CT scan, MRI, dan mesin anestesi membutuhkan perawatan berkala untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Kesalahan dalam pengelolaan pemeliharaan aset tetap, seperti pengabaian jadwal perawatan atau pemeliharaan yang tidak memadai, dapat menyebabkan kerusakan yang tidak terduga dan meningkatkan downtime. Aset yang tidak dipelihara dengan baik seringkali mengalami kerusakan mendadak yang memerlukan biaya perbaikan besar. Dalam sistem casemix, di mana pembayaran tetap diterapkan per kasus, biaya tak terduga ini dapat mengurangi profitabilitas dan berpengaruh negatif pada stabilitas kas rumah sakit.
- Aspek Keuangan
Potensi kesalahan pada aspek keuangan yang sering terjadi adalah salah estimasi biaya investasi dan depresiasi, serta sering salah perhitungan sehingga terjadi over-investment pada aset tetap. Sistem pembayaran casemix memberikan pendapatan dari nilai tarif paket per episode pasien berbasis diagnosa, prosedur, dan kondisi pasien. Bila ini tidak dipahami dengan baik, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam memperhitungkan perbandingan antara potensi pendapatan, biaya operasional, pengembalian investasi aset tetap dan depresiasinya. Kesalahan ini dapat menyebabkan kerugian jangka panjang. Jika pembelian alat atau fasilitas tidak dihitung dengan tepat terhadap volume pasien dengan pola pendapatan per kasus, rumah sakit bisa terjebak dalam pemborosan anggaran. Kesalahan lain pada aspek keuangan adalah over-investment pada aset tetap. Dalam beberapa kasus, rumah sakit mungkin menginvestasikan terlalu banyak pada aset tetap seperti gedung atau peralatan yang sebenarnya tidak memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan. Hal ini akan menurunkan likuiditas rumah sakit dan memperburuk arus kas.
Dampak Kesalahan pada Kondisi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
- Jangka Pendek
Kesalahan dalam pengelolaan aset seperti pemeliharaan yang buruk atau spesifikasi teknis yang salah dapat mengakibatkan downtime pada peralatan vital, sehingga mempengaruhi operasional harian dan kepuasan pasien. Dalam jangka pendek, kesalahan teknis atau kurangnya pemeliharaan aset dapat menyebabkan biaya tak terduga yang tidak diperhitungkan dalam anggaran rumah sakit.
- Jangka Menengah
Rumah sakit yang gagal memperhitungkan peningkatan volume pasien JKN mungkin menghadapi masalah dalam penanganan pasien, menyebabkan waktu tunggu yang lama dan penurunan kualitas pelayanan. Dalam jangka menengah, hal ini dapat berakibat pada penurunan reputasi dan kepercayaan masyarakat. Ketidakmampuan mengoptimalkan penggunaan aset dalam sistem casemix dapat menyebabkan ketidakcocokan antara biaya operasional dan pendapatan yang diterima, sehingga menekan margin keuntungan.
- Jangka Panjang
Kesalahan dalam pengelolaan aset tetap dapat mempercepat depresiasi dan penurunan nilai aset, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan rumah sakit untuk tetap kompetitif di pasar kesehatan. Dalam jangka panjang, kesalahan berulang dalam pengelolaan aset tetap, khususnya terkait teknologi dan kapasitas layanan, dapat menyebabkan rumah sakit kehilangan daya saing di pasar JKN yang semakin kompetitif.
Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Aset Tetap di Rumah Sakit JKN
- Analisis Kelayakan Teknis dan Keuangan
Sebelum melakukan pembelian aset tetap, rumah sakit harus melakukan analisis kelayakan teknis dan finansial. Evaluasi ini harus memperhitungkan manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari aset, serta bagaimana aset tersebut akan mendukung operasional rumah sakit di bawah sistem pembayaran casemix.
- Pengelolaan Depresiasi dan Siklus Hidup Aset
Manajemen rumah sakit perlu memperhitungkan depresiasi aset dengan cermat, baik secara akuntansi maupun teknis, untuk menghindari kesalahan dalam perencanaan keuangan. Siklus hidup aset harus diatur dengan baik, mencakup perencanaan, pengadaan, operasionalisasi, pemeliharaan, penggantian, sampai dengan penghapusan.
- Pemeliharaan Preventif
Untuk meminimalkan risiko kegagalan peralatan, rumah sakit harus menjalankan program pemeliharaan preventif yang ketat. Pemeliharaan ini harus mencakup inspeksi berkala dan pembaruan teknologi sesuai dengan kebutuhan operasional.
- Penyesuaian dengan Sistem Casemix
Rumah sakit harus mengoptimalkan penggunaan aset dengan strategi yang cerdas agar produktifitas optimal dan membawa hasil pendapatan yang bermakna, meski dengan pola pembayaran casemix. Supaya pendapatan yang dihasilkan cukup untuk menutupi biaya operasional dan pemeliharaan aset. Evaluasi berkala perlu dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara aset yang dimiliki dengan profil pasien JKN yang ditangani.
- Pelatihan dan Pengembangan SDM
Untuk mengurangi risiko teknis dan operasional, rumah sakit perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pelatihan karyawan, khususnya dalam penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis. Pelatihan yang tepat akan meningkatkan efektivitas penggunaan aset dan mengurangi potensi kesalahan operasional.
Kesimpulan
Dalam konteks rumah sakit di Indonesia yang melayani mayoritas pasien JKN, pengambilan keputusan terkait aset tetap sangat penting karena kesalahan dalam aspek teknis, teknologi, operasional, pemeliharaan, dan keuangan dapat mempengaruhi keberlanjutan operasional rumah sakit. Dengan manajemen risiko yang efektif, rumah sakit dapat meminimalkan dampak kesalahan tersebut dan tetap kompetitif di bawah sistem pembayaran casemix.
Widiyas Hidhayanto
widiyas_hid@yahoo.com
Principal Consultant WIDINA management
Strategy, Costing, Finance, Accounting, Operation, Kaizen-Lean, Marketing, Information System
NEXT EVENTS