Perolehan Aset Tetap melalui Transaksi Non Kas
Pada industri yang memerlukan modal besar, aset tetap merupakan elemen krusial dalam operasional perusahaan. Pengadaan aset tetap umumnya dilakukan melalui pembelian tunai, namun seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks, transaksi non kas menjadi alternatif strategis yang mampu memberikan fleksibilitas finansial. Artikel ini menguraikan berbagai cara untuk memperoleh aset tetap melalui transaksi non kas, menimbang kelebihan dan kekurangan masing-masing metode, serta mempertimbangkan komitmen kontijensi dan manajemen risiko yang terlibat. Selain itu, dibahas juga strategi optimalisasi manfaat dari metode-metode ini agar dapat memberikan dampak positif yang maksimal bagi perusahaan. (Widiyas Hidhayanto, 2024)
Cara Mendapatkan Aset Tetap Melalui Transaksi Non Kas
Barter
Salah satu cara mendapatkan aset tetap melalui transaksi non kas yang paling sederhana dan sudah diterapkan sejak masa prasejarah adalah barter. Barter merupakan pertukaran barang atau jasa tanpa melibatkan uang tunai. Dalam konteks pengadaan aset tetap, perusahaan bisa menukar aset yang dimiliki dengan aset lain yang lebih dibutuhkan. Kelebihan utama dari metode ini adalah perusahaan dapat menghemat likuiditas serta memanfaatkan aset yang kurang produktif. Namun, tantangan yang dihadapi adalah sulitnya menemukan pihak yang memiliki kebutuhan dan aset yang sesuai, serta adanya kemungkinan penilaian yang tidak objektif terhadap aset yang ditukar. Risiko dari transaksi ini terkait dengan ketidakseimbangan nilai tukar yang bisa memicu perselisihan di masa depan.
Pertukaran Aset
Hampir serupa dengan barter, perusahaan juga bisa mendapatkan aset tetap melalui pertukaran aset (exchange of assets). Sekilas hampir seperti barter, seolah sama, namun berbeda. Barter bisa melibatkan barang atau jasa apa pun, sedangkan pertukaran aset secara spesifik melibatkan aset tetap yang memiliki nilai finansial signifikan. Barter lebih sering terjadi dalam konteks informal atau perusahaan kecil, sementara pertukaran aset biasanya dilakukan di lingkungan bisnis formal dengan aset bernilai tinggi. Dalam pertukaran aset, penilaian dilakukan secara profesional untuk memastikan nilai yang adil, sementara dalam barter, penilaian sering kali subjektif dan bergantung pada kebutuhan masing-masing pihak. Persamaan dengan barter adalah tantangan sulitnya menemukan pihak yang mau melakukan pertukaran aset, serta risiko salah penilaian terhadap nilai aset yang ditukar. Untuk mengurangi risiko pada saat pertukaran aset, maka perusahaan harus melakukan valuasi nilai aset secara independen, profesional dan dinyatakan secara tertulis dengan jelas tentang kondisi aset yang dipertukarkan dan tentang hal-hal yang telah disepakati.
Penerbitan Saham
Akuisisi aset melalui penerbitan saham juga merupakan salah satu cara transaksi non kas yang dapat dilakukan perusahaan. Dalam metode ini, perusahaan menawarkan saham kepada pemilik aset sebagai pembayaran untuk memperoleh aset tetap. Keunggulan dari metode ini adalah perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana tunai secara langsung dan dapat menggandeng mitra yang berkomitmen jangka panjang. Namun, kelemahannya adalah terjadinya dilusi kepemilikan saham, yang dapat mengurangi kontrol perusahaan atas operasional dan aset. Selain itu, komitmen kontijensi dalam skema ini terkait dengan hak suara dari pemegang saham baru yang dapat memengaruhi keputusan strategis perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menyeimbangkan jumlah saham yang diterbitkan agar kendali tetap berada di tangan pemegang saham mayoritas.
Hibah
Hibah atau donasi juga merupakan salah satu cara mendapatan aset dengan transaksi non kas. Pencatatan aset tetap yang didapatkan dari hadiah ataupun donasi seolah tidak konsisten dengan prinsip harga perolehan. Seringkali untuk bisa menerima hibah tersebut juga dikeluarkan biaya, akan tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai harga pasar aset tetap yang diterima. Jika aset tetap dicatat senilai biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal tersebut akan menyebabkan jumlah aset terlalu kecil serta beban depresiasi menjadi semakin kecil. Untuk mengatasinya, aset yang diterima sebagai hibah dicatat senilai harga pasarnya. Depresiasi atau penyusutan aset tetap yang diterima dari hadiah tersebut akan dihitung dengan cara yang sama dengan lainnya.
Mengubah Menjadi Transaksi Tunai Menjadi Pembayaran Bertahap
Di kala alternatif cara perolehan aset tetap dengan transaksi non-kas tidak dapat dilakukan, masih terdapat alternatif lain perolehan aset tetap adalah dengan cara menghindari transaksi pengeluaran kas saat ini dan memindahkannya menjadi transaksi pembayaran secara kas ke periode-periode masa depan. Pemindahan waktu pembayaran ini akan menjadikan aset tetap telah diterima di saat transaksi kas belum dilakukan, alias transaksi di saat perolehan aset menjadi transaksi non kas. Contoh skema transaksi ini adalah skema leasing/sewa guna usaha, skema vendor financing, dan skema pembiayaan melalui bank. Perlu diingat kembali bahwa alternatif skema ini bukanlah benar-benar tidak ada transaksi kas,melainkan hanya menghilangkan transaksi kas tunai saat ini dan mengubahnya menjadi pengeluaran kas di masa depan.
Manajemen Risiko dalam Transaksi Non Kas
Manajemen risiko merupakan elemen penting dalam pengadaan aset tetap melalui transaksi non kas. Pertama, perusahaan harus melakukan due diligence yang mendalam terhadap pihak yang terlibat dalam transaksi untuk memastikan kemampuan mereka memenuhi kewajiban. Kedua, kontrak yang jelas dan rinci harus disusun agar hak dan kewajiban setiap pihak diatur dengan baik, serta mencantumkan solusi penyelesaian sengketa jika terjadi permasalahan. Ketiga, perusahaan perlu melakukan penilaian yang tepat dan independen terhadap aset yang akan diperoleh atau ditukar, untuk menghindari kerugian nilai. Terakhir, perencanaan arus kas yang baik sangat diperlukan, meskipun transaksi non kas, karena komitmen masa depan tetap bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan.
Mengoptimalkan Manfaat Transaksi Non Kas
Agar transaksi non kas memberikan manfaat maksimal bagi perusahaan, ada beberapa strategi yang harus diterapkan. Pertama, perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi keuangan dan kebutuhan operasional. Kedua, negosiasi harus dilakukan dengan bijaksana untuk memastikan bahwa syarat-syarat transaksi tersebut memberikan keuntungan jangka panjang. Ketiga, perusahaan harus mengelola hubungan dengan pihak ketiga, seperti vendor atau lessor, untuk mendapatkan syarat yang lebih menguntungkan. Dengan pengelolaan yang baik, transaksi non kas bisa menjadi solusi strategis untuk memperoleh aset tetap tanpa membebani kondisi keuangan perusahaan.
Â
Kesimpulan
Pengadaan aset tetap melalui transaksi non kas menawarkan berbagai alternatif bagi perusahaan dalam menjaga likuiditas sekaligus memperoleh aset yang diperlukan untuk operasional. Meskipun transaksi non kas memberikan fleksibilitas, setiap metode memiliki risiko dan komitmen kontijensi yang perlu dikelola dengan baik. Manajemen risiko yang tepat, mulai dari due diligence, penilaian aset yang akurat, hingga perencanaan arus kas, sangat penting dalam mengoptimalkan manfaat dari transaksi ini. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat memanfaatkan transaksi non kas untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang tanpa harus mengorbankan kesehatan finansial.
Â
Widiyas Hidhayanto
widiyas_hid@yahoo.com
Principal Consultant WIDINA management
Strategy, Costing, Finance, Accounting, Operation, Kaizen-Lean, Marketing, Information System
Â
NEXT EVENTS